Site Network: Home | Portofolio | Twitter | Youtube | Facebook | About

The madness of God, novel ini jika tidak dibaca hati-hati, sangat berpotensi 'menggoda' pikiran pembaca untuk membela bahkan membenarkan gugatan iblis. Isi dalam novel ini menjadikan ketergelinciran iblis, dan dakwaannya kepada Tuhan karena telah 'menyesatkannya', sebagai landasan bagi pertanyaan-pertanyaan mengenai kemungkinan kehendak-bebas dihadapan kemahakuasaan Tuhan.

Dakwaannya adalah, jika Tuhan Mahakuasa, dan tiada suatupun yang terjadi diluar kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin makhluk dapat disalahkan karena dosa-dosanya ?
Kau bilang adam berdosa gara-gara hasutanku? kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? aku sebenarnya melakukan apa yang Dia  perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan-Nya. mau bagaimana lagi? tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri.

Siang malam aku tidak henti-hentinya bersujud dan menyembah-Mu, segala puji bagimu kulantunkan. Maha besar engkau, maha suci engkau. Engkaulah sang pencipta. Tapi sejak hari itu tiba, engkau seolah mengesampingkan diriku. Menganak-tirikan aku. Engkau sibuk dengan ciptaan barumu, memujinya bahkan memuliakannya walau dia sendiri tidak taat kepadamu. Bukan maksudku menyombangkan ketaatanku kepada-Mu. Tetapi setidaknya itulah yang kulakukan untukMu sebelum hari itu tiba, bahkan hingga kiamatpun kuselalu akan mengabdi kepadamu.

Kau tahu, di surga, Kekasihku tega mencelakaiku karena aku tak sanggup menginggalkan-Nya. Bahkan para malaikat berkata, 'Iblis adalah yang pertama kali tunduk pada Allah, karena tiada yang lebih mencintai Allah daripada dia'. Tapi Dia memerintahkan perpisahan kami agar umat manusia berkesempatan menyelami keesaan-Nya. Dia umumkan ketidakpatuhanku (melalui firman-Nya) agar umat manusia memahami kekuasaan-Nya. Saat Dia memerintahkanku untuk sujud dihadapan Adam, diam-diam Dia berbisik di dalam dadaku, 'Pergilah, dan ingatkan mereka tentang Aku!'.

Demi umat manusia yang tak pernah mencintai apapun selain diri mereka sendiri, Dia mencampakkan cintaku. Aku berkata, 'ada apa kiranya dengan manusia, sampai Engkau begitu memperhatikann mereka ?'. Tapi Dia tidak mau menjawab dan malah mengusirku, walaupun tahu aku tidak bersalah.

Semua pilihan, termasuk pilihanku, adalah milik-Nya! Dia sudah memilih dan menetapkan untukku. Kepada-Nya berpulang semua pilihan-bebas bagi mereka yang menganggap memiliki pilihan dalam hidup. Dan pilihan-pilihanku adalah milik-Nya juga. Jika Dia yang melarang aku untuk tunduk pada pihak lain bagaimana mungkin aku menentang-Nya? Dan jika Dia yang membuatku melakukan dosa saat berbicara, bagaimana mungkin aku membela diri ? Jadi, jik Dia memang menghendaki agar aku sujud pada Adam, aku pasti patuh.

Tak ada yang mungkin terjadi kecuali atas perintahNya. Memang sedemikianlah kekuatan-NYa. Bukankah kau bilang sendiri tadi ? Kalau yang demikian saja Dia tak kuasa lakukan, maka Dia tak pantas menyandang nama 'Allah'. Kekuasaan dan kekuatan-Nya mutlak. Dan Dia menguasai bukan hanya yang bagus-bagus saja. Apa yang kau sebut jahat juga merupakan bagian dari kekuatan-Nya. Justru dengan kekuatan-Nya itu Dia wujudkan kejahatan di dunia.

Dialah Sang Dalang Sejati, Kita ini apa ? Tak lebih dari sekedar wayang atau aktor d  atas panggung milik-Nya, seraya membeokan skenario yang sudah Dia tanamkan pada kita jauh sebelum keabadian itu sendiri hadir.

Namun seiring bergulirnya cerita, pembaca akan tenggelam dalam keyakinan tentang keesaan, kemahakuasaan, dan keadilan Tuhan. Novel ini perlu dibaca oleh para monoteis yang kritis.



0 comments:

Post a Comment

:f :D :x B-) b-( :@ x( :? ;;) :-B :| :)) :(( =(( :s :-j :-p

Post a Comment